Sabtu, 27 Desember 2014

Pergaulan Menentukan Watak Seseorang

Pergaulan Menentukan Watak Seseorang
Oleh: Haris, S.Ag

Sebagai makhluk sosial manusia tidak terlepas dari interaksi atau pergaulan dengan orang lain. Dalam suatu pergaulan tentunya tidak memandang setatus usia, dalam arti bahwa pergaulan dapat terjadi pada setiap orang, yang mana pergaulan itu dapat terjadi pada orang tua, dewasa atau pun usia anak-anak. Dalam pergaulan masing-masing individu akan ditemukan berbagai pengalaman yang tentunya pengalaman itu melalui proses interaksi dari waktu-ke waktu, sehingga dapat timbul hal yang baru, kebiasaan yang baru yang dapat menyebabkan munculnya watak baru pada seseorang melalui proses interaksi tersebut.
Dalam Cankama Sutta, Anguttara Nikaya Sang Buddha menjelaskan bahwa para bhikkhu yang berada di bawah kepemimpinan Bhante Sariputta semuanya bijaksana karena memiliki banyak pengetahuan Dhamma yang dalam. Semua yang mengelilingi Bhante Maha Moggalana semuanya mantap dalam kesaktian supranatural. Bhante Maha Kassapa dan semua pengikutnya amat ketat melaksanakan praktik Dhutangha atau pertapaan yang keras. Para bhikkhu yang dipimpin oleh Bhante Anuruddha semuanya memiliki kesaktian mata dewa. Bhante Punna dan para pengikutnya ahli mengajarkan Dhamma. Bhante Upali dan para pengikutnya ahli dalam peraturan disiplin vinaya, sedangkan para bhikkhu di bawah pimpinan Ananda terkenal karena pengetahuan mereka di banyak bidang. Sebaliknya, Devadatta dan para pengikutnya terkenal karena cara, pikiran dan keinginannya yang jahat.
Jika kita melihat isi Cankama Sutta di atas dapat kita peroleh kesimpulan bahwa manusia hidup dalam suatu kelompok sesuai dengan kecenderungan alamiahnya. sehingga orang yang memiliki minat yang sama berkumpul menjadi satu, yang masing-masing kelompok memiliki kecenderungannya masing-masing yaitu ada yang baik dan ada yang jahat. Artinya bahwa pergaulan sangat menentukan karakter atau pun sifat seseorang.
Setelah melihat contoh di atas, bagaimanakah seharusnya seseorang memilih kelompok, teman atau sahabat dalam pergaulan? Dalam Manggala Sutta dijelaskan tidak bergaul dengan orang yang tidak bijaksana namun selalu bergaul dengan orang yang bijaksana adalah suatu berkah utama. Demikian juga dalam Sigalovada Sutta Sang Buddha menjelaskan bahwa terdapat dua jenis teman yaitu sahabat jahat dan sahabat yang baik. Sahabat jahat akan cenderung menjerumuskan seseorang dalam kehidupannya ke hal yang jahat. Sahabat jahat memiliki ciri-ciri bahwa orang itu selalu tamak, banyak bicara namun tidak berbuat apa-apa, selalu memiliki watak penjilat dan pemboros.
Di dalam Dhammapada Atthakatha bab XII syair 162 terdapat kisah bahwa, Raja Ajatasattu yang berteman dengan Devadatta yang memiliki moral buruk, watak buruk dan tingkah laku buruk akhirnya sang raja memiliki kecenderungan dan watak buruk sehingga sang raja tega membunuh ayahnya sendiri yaitu Raja Bimbisara. Sedangkan dalam Sigalovada Sutta Sang Buddha menjelaskan bahwa hendaknya seseorang berusaha memiliki sahabat yang baik. Sahabat yang baik yaitu sahabat yang mampu memberikan hal-hal yang berguna dan baik melalui ucapan, pikiran juga tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri Sahabat yang baik adalah ia menjadi sahabat penolong, sahabat pada waktu senang dan susah, selalu memberikan nasehat baik, dan sahabat yang bersimpati.
Jika manusia mampu melakukan interaksi atau pergaulan yang baik dalam kelompok yang baik maka orang itu akan memiliki moralitas yang baik dalam kehidupan sehari-hari, namun bila seseorang memiliki kecenderungan untuk berkumpul pada kelompok atau sahabat yang buruk maka seseorang tersebut akan memiliki kecenderungan moralitas yang buruk dan jahat.   


2 komentar:

  1. Namo Buddhaya, Sdr. penulis. Kalau boleh tahu, cankama sutta itu ada dalam anguttara nikaya yang ke berapa, ya, Ko/Pak? Terimakasih

    BalasHapus
  2. Maaf, Sdra. Saya telah menemukan jawabannya. Dan sebagai koreksi, izinkan saya, Cankama sutta yang memuat tentang itu ada pada Samyutta Nikaya, bukan Anguttara Nikaya. Terimakasih.

    BalasHapus