Jumat, 26 Desember 2014

Aspek Metta dalam Brahmavihara

Aspek Metta dalam Brahmavihara
Oleh: Haris, S.Ag

Pengertian Cinta Kasih
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia sangat membutuhkan metta atau cinta kasih. Metta dapat diartikan sebagai cinta kasih yang dipancarkan secara universal (tak terbatas) kepada semua makhluk dan hal tersebut diartikan cinta kasih tanpa pamrih. Mettā adalah bagian pertama dari empat kediaman luhur (Brahma Vihāra) atau empat keadaan yang tidak terbatas (Apamañña) dan ini merupakan salah satu objek dalam meditasi, (Davids, 2002: 216).Jika dirinci secara arti yang luas, maka Mettā adalah rasa persaudaraan, persahabatan, pengorbanan, yang mendorong kemauan baik, memandang makhluk lain sama dengan dirinya sendiri. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, cinta kasih adalah suatu sikap di mana seseorang ingin memahami, menghormati, dan memperhatikan yang lain. Dengan demikian orang yang memiliki rasa cinta kasih akan memandang orang lain sebagai dirinya sendiri, sehingga tidak akan menyakiti atau membuat makhluk lain menderita.

Cara dan Objek Pengembangan Cinta Kasih
Kepada siapakah sebenarnya cinta kasih dikembangkan atau dipancarkan dan bagaimana pula cara pengembangannya. Idealnya Cinta kasih pertama kali dikembangkan kepada diri sendiri dengan cara mengucapkan berulang-ulang kalimat: ”Semoga saya berbahagia dan bebas dari penderitaan”. Cinta kasih kepada diri sendiri akan menyebabkan munculnya pemahaman bahwa makhluk hidup yang lain pun memiliki keinginan yang sama yaitu untuk sejahtera dan bahagia serta dapat menjadikan seseorang memiliki tenggang rasa terhadap makhluk lain. Dalam Kitab Visuddhimagga dijelaskan bahwa setelah seseorang mengembangkan cinta kasih kepada diri sendiri maka selanjutnya cinta kasih dikembangkan kepada orang-orang yang dihormati dan dihargai, orang-orang yang sangat dicintai, orang yang netral, termasuk kepada musuh, (Ñānamoli, 1991: 290).
Lebih jauh penjelasan Metta, sebenarnya terdapat dalam Karaniyametta Sutta, Sutta ini dalam pengembangan cinta kasih dilakukan dalam tiga Aspek yaitu: Pengembangan secara Personal, Sosial dan secara Spiritual.

ASPEK PERSONAL
Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang cakap dan tangkas dalam kebaikan. Untuk mencapai ketenangan, Ia harus jujur, sungguh jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.Merasa puas, mudah dilayani, sedikit ikatan, sederhana hidupnya, tenang inderanya, berhati-hati, tahu malu, tidak melekat pada keluarga.

ASPEK SOSIAL
Tidak berbuat kesalahan walaupun kecil, yang dapat dicela oleh para bijaksana. Hendaklah Ia berpikir, “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.
Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan kuat tanpa terkecuali.  Yang panjang atau besar, yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
Yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun dekat. 
Yang terlahir atau yang akan lahir, Semoga semua makhluk berbahagia.
Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja. Jangan karena marah dan benci mengharap orang lain celaka.
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya, melindungi anaknya yang tunggal. Demikianlah terhadap semua makhluk, dipancarkannya pikiran kasih sayangnya tanpa batas. Kasih sayangnya ke segenap alam semesta.
Dipancarkannya pikiran itu tanpa batas: ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling. Tanpa rintangan, tanpa benci dan tanpa permusuhan.

ASPEK SPIRITUAL
Selagi berdiri, berjalan atau duduk, atau berbaring selagi tiada lelap. Ia tekun mengembangkan kesadaran ini. Ini yang dikatakan berdiam dalam Brahma.
Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang aku yang kekal), dengan sila dan penglihatan yang sempurna, hingga bersih dari nafsu indera. Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga.

Manfaat Pengembangan Cinta Kasih (Metta)
Setelah sesorang melaksanakan cinta kasih maka akan memperoleh manfaat atau faedah yang dapat dipetik pada kehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang atau setelah seseorang meninggal. Dalam Ańguttara Nikāya (Hare, 2001: 103) Sang Buddha menjelaskan delapan manfaat dari pelaksanaan mettā, yaitu: 1) Dapat tidur dengan nyenyak; 2) bangun dengan tenang; 3) tidak mendapatkan mimpi buruk; 4) dicintai manusia; 5) dicintai oleh makhluk bukan manusia; 6) para dewa melindunginya; 7) tidak ada api, racun, maupun pedang yang dapat melukai; 8) meskipun seseorang belum mencapai Arahat, tetapi dapat mencapai atau terlahir di alam Brahmā.

Lebih jauh dari itu, seseorang yang telah melaksanakan cinta kasih dengan sempurna akan memperoleh manfaat karena pikiran telah terbebas dari nafsu, keserakahan, kecemburuan, kemarahan, kekikiran, kecemasan, kekhawatiran, dan kesedihan sehingga akan mencapai tujuan akhir dari umat Buddha yaitu Nibbana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar