Aspek
Metta dalam Brahmavihara
Oleh: Haris, S.Ag
Pengertian Cinta Kasih
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
sebagai manusia sangat membutuhkan metta atau cinta kasih. Metta dapat
diartikan sebagai cinta kasih yang dipancarkan secara universal (tak terbatas)
kepada semua makhluk dan hal tersebut diartikan cinta kasih tanpa pamrih. Mettā
adalah bagian pertama dari empat kediaman luhur (Brahma Vihāra) atau
empat keadaan yang tidak terbatas (Apamañña) dan ini merupakan salah
satu objek dalam meditasi, (Davids, 2002: 216).Jika dirinci secara arti yang luas, maka Mettā adalah
rasa persaudaraan, persahabatan, pengorbanan, yang mendorong kemauan baik,
memandang makhluk lain sama dengan dirinya sendiri. Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa, cinta kasih adalah suatu sikap di mana seseorang ingin
memahami, menghormati, dan memperhatikan yang lain. Dengan demikian orang yang
memiliki rasa cinta kasih akan memandang orang lain sebagai dirinya sendiri,
sehingga tidak akan menyakiti atau membuat makhluk lain menderita.
Cara dan Objek Pengembangan Cinta Kasih
Kepada siapakah sebenarnya cinta kasih dikembangkan
atau dipancarkan dan bagaimana pula cara pengembangannya. Idealnya Cinta kasih
pertama kali dikembangkan kepada diri sendiri dengan cara mengucapkan
berulang-ulang kalimat: ”Semoga saya berbahagia dan bebas dari penderitaan”. Cinta
kasih kepada diri sendiri akan menyebabkan munculnya pemahaman bahwa makhluk
hidup yang lain pun memiliki keinginan yang sama yaitu untuk sejahtera dan
bahagia serta dapat menjadikan seseorang memiliki tenggang rasa terhadap
makhluk lain. Dalam Kitab Visuddhimagga dijelaskan bahwa setelah
seseorang mengembangkan cinta kasih kepada diri sendiri maka selanjutnya cinta
kasih dikembangkan kepada orang-orang yang dihormati dan dihargai, orang-orang
yang sangat dicintai, orang yang netral, termasuk kepada musuh, (Ñānamoli,
1991: 290).
Lebih jauh penjelasan Metta, sebenarnya terdapat dalam Karaniyametta
Sutta, Sutta ini dalam pengembangan cinta kasih dilakukan dalam tiga Aspek
yaitu: Pengembangan secara Personal, Sosial dan secara Spiritual.
ASPEK PERSONAL
Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang cakap dan
tangkas dalam kebaikan. Untuk mencapai ketenangan, Ia harus jujur, sungguh
jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.Merasa puas, mudah dilayani,
sedikit ikatan, sederhana hidupnya, tenang inderanya, berhati-hati, tahu malu,
tidak melekat pada keluarga.
ASPEK SOSIAL
Tidak berbuat kesalahan walaupun kecil, yang dapat dicela
oleh para bijaksana. Hendaklah Ia berpikir, “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.
Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan kuat tanpa
terkecuali. Yang panjang atau besar,
yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
Yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun dekat.
Yang terlahir atau yang akan lahir, Semoga semua makhluk
berbahagia.
Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja. Jangan
karena marah dan benci mengharap orang lain celaka.
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya, melindungi
anaknya yang tunggal. Demikianlah terhadap semua makhluk, dipancarkannya
pikiran kasih sayangnya tanpa batas. Kasih sayangnya ke segenap alam semesta.
Dipancarkannya pikiran itu tanpa batas: ke atas, ke bawah,
dan ke sekeliling. Tanpa rintangan, tanpa benci dan tanpa permusuhan.
ASPEK SPIRITUAL
Selagi berdiri, berjalan atau duduk, atau berbaring selagi
tiada lelap. Ia tekun mengembangkan kesadaran ini. Ini yang dikatakan berdiam
dalam Brahma.
Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang aku yang
kekal), dengan sila dan penglihatan yang sempurna, hingga bersih dari nafsu
indera. Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga.
Manfaat
Pengembangan Cinta Kasih (Metta)
Setelah
sesorang melaksanakan cinta kasih maka akan memperoleh manfaat atau faedah yang
dapat dipetik pada kehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang atau setelah
seseorang meninggal. Dalam Ańguttara Nikāya (Hare, 2001: 103) Sang
Buddha menjelaskan delapan manfaat dari pelaksanaan mettā, yaitu: 1) Dapat
tidur dengan nyenyak; 2) bangun dengan tenang; 3) tidak mendapatkan mimpi
buruk; 4) dicintai manusia; 5) dicintai oleh makhluk bukan manusia; 6) para
dewa melindunginya; 7) tidak ada api, racun, maupun pedang yang dapat melukai; 8)
meskipun seseorang belum mencapai Arahat,
tetapi dapat mencapai atau terlahir di alam Brahmā.
Lebih jauh
dari itu, seseorang yang telah melaksanakan cinta kasih dengan sempurna akan
memperoleh manfaat karena pikiran telah terbebas dari nafsu, keserakahan,
kecemburuan, kemarahan, kekikiran, kecemasan, kekhawatiran, dan kesedihan sehingga
akan mencapai tujuan akhir dari umat Buddha yaitu Nibbana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar