Dhamma untuk Perumah Tangga dalam Vyaggapajja Sutta
Oleh: Haris, S.Ag
Jika
ditinjau lebih jauh, sebenarnya ajaran Buddha tidak hanya mencakup bhikkhu dan
bhikkhuni saja, tetapi juga umat perumah tangga pria dan wanita. Keempat
kelompok yang membentuk komunitas Buddhis ini memiliki satu tujuan akhir.
Tujuan itu adalah pencapaian pembebasan akhir atau Nibbana.
Walaupun
Nibbana berarti pembebasan akhir dari tiga kotoran batin yang berupa
keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, namun dalam perjalanannya menuju
pembebasan, seorang umat Buddha harus hidup di dunia dan berhadapan dengan
kondisi-kondisi eksistensi duniawi. Masalah ini mungkin sering sekali
dirasakan, khususnya oleh umat Buddha perumah tangga, yang mungkin menemukan
bahwa tuntutan-tuntutan dan daya tarik dari kehidupan duniawi cenderung membawa
seseorang menjauh dari jalan menuju pembebasan. Akan tetapi, Buddha menyadari
dan memperhatikan dilema yang dihadapi oleh siswa-siswa perumah tangga serta
memberikan perhatian khusus terhadap masalah tersebut. Beliau mengajarkan para
pengikut perumah tangga tentang bagaimana cara mengatur kehidupan perumah
tangga sesuai dengan prinsip-prinsip etis dalam Dhamma dan bagaimana cara
menjalani kehidupan perumah tangga yang sukses tanpa menyimpang dari jalan yang
benar sesuai Buddha-Dhamma.
Untuk itu di dalam
Anguttara Nikaya dijelaskan di jaman Sang Buddha ada seorang pemuda dari
keluarga Vyagghapajja bernama Dighajanu yang tinggal di kota Kakkarapata,
Kerajaan Koliya. Dalam sutta itu disebutkan Dighajanu sewaktu mengunjungi Sang
Buddha ia memohon agar Sang Buddha berkenan memberikan suatu ajaran yang
berguna bagi upasaka yang berkeluarga, yang mempunyai isteri dan anak untuk
mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang.
Sang Buddha
menjelaskan, bahwa ada empat cara untuk mendapatkan kebahagiaan sekarang atau
dalam kehidupan saat ini, yaitu:
1.
Seseorang hendaknya ahli, efisien, tekun
dan giat dalam setiap pekerjaan dan mengerti serta memahami pekerjaan yang dilakukannya
dengan baik. (seorang yg ahli)
2.
Ia pandai melindungi penghasilan yang
diperolehnya dari pekerjaan yang benar, bahkan melipat gandakannya.
3.
Ia mencari pergaulan yang baik
(Kalyanamitta), yaitu teman yang setia, terpelajar, baik budi, tidak kikir dan
cerdas, yang akan membantunya dengan cara yang benar, jauh dari kejahatan.
4. Ia
hidup dalam batas-batas kemampuannya, sesuai dengan penghasilannya, serta tidak
boros namun juga tidak pelit
Selanjutnya, terdapat
empat hal yang berguna untuk mendapatkan kebahagiaan yang akan datang, atau
kebahagiaan di kehidupan berikutnya yaitu:
1. Seseorang
memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tiratana
2. Seseorang
senantiasa hidup dalam moralitas Buddhis, yaitu mempraktikkan 5 sila pancasila Buddhis
3. Seseorang
selalu memiliki kedermawanan, yaitu suka menolong orang lain dan baik hati
4. Seseorang
melatih diri dalam kebijaksanaan dengan selalu mengembangkan pandangan benar
yang akan membawa pada pembebasan akhir yaitu nibbana.
Dari
Sutta tersebut terlihat bahwa kesejahteraan ekonomi diperlukan untuk
mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi ini, namun tidak memandang
kemajuan itu sebagai sesuatu yang benar kalau hanya didasarkan atas kebendaan dengan
mengabaikan dasar-dasar moral spiritual atau kebahagiaan batin. Untuk itu
sebagai perumah tangga kemajuan materi merupakan salah satu tujuan di dunia,
namun tidak melupakan pentingnya kemajuan moralitas dan batin untuk
menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman dan sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar