Sabtu, 27 Desember 2014

Dhamma untuk Perumah Tangga dalam Vyaggapajja Sutta



Dhamma untuk Perumah Tangga dalam Vyaggapajja Sutta
Oleh: Haris, S.Ag

Jika ditinjau lebih jauh, sebenarnya ajaran Buddha tidak hanya mencakup bhikkhu dan bhikkhuni saja, tetapi juga umat perumah tangga pria dan wanita. Keempat kelompok yang membentuk komunitas Buddhis ini memiliki satu tujuan akhir. Tujuan itu adalah pencapaian pembebasan akhir atau Nibbana.
Walaupun Nibbana berarti pembebasan akhir dari tiga kotoran batin yang berupa keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, namun dalam perjalanannya menuju pembebasan, seorang umat Buddha harus hidup di dunia dan berhadapan dengan kondisi-kondisi eksistensi duniawi. Masalah ini mungkin sering sekali dirasakan, khususnya oleh umat Buddha perumah tangga, yang mungkin menemukan bahwa tuntutan-tuntutan dan daya tarik dari kehidupan duniawi cenderung membawa seseorang menjauh dari jalan menuju pembebasan. Akan tetapi, Buddha menyadari dan memperhatikan dilema yang dihadapi oleh siswa-siswa perumah tangga serta memberikan perhatian khusus terhadap masalah tersebut. Beliau mengajarkan para pengikut perumah tangga tentang bagaimana cara mengatur kehidupan perumah tangga sesuai dengan prinsip-prinsip etis dalam Dhamma dan bagaimana cara menjalani kehidupan perumah tangga yang sukses tanpa menyimpang dari jalan yang benar sesuai Buddha-Dhamma.
Untuk itu di dalam Anguttara Nikaya dijelaskan di jaman Sang Buddha ada seorang pemuda dari keluarga Vyagghapajja bernama Dighajanu yang tinggal di kota Kakkarapata, Kerajaan Koliya. Dalam sutta itu disebutkan Dighajanu sewaktu mengunjungi Sang Buddha ia memohon agar Sang Buddha berkenan memberikan suatu ajaran yang berguna bagi upasaka yang berkeluarga, yang mempunyai isteri dan anak untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang dan yang akan datang.
Sang Buddha menjelaskan, bahwa ada empat cara untuk mendapatkan kebahagiaan sekarang atau dalam kehidupan saat ini, yaitu:
1. Seseorang hendaknya ahli, efisien, tekun dan giat dalam setiap pekerjaan dan mengerti serta memahami pekerjaan yang dilakukannya dengan baik. (seorang yg ahli)
2. Ia pandai melindungi penghasilan yang diperolehnya dari pekerjaan yang benar, bahkan melipat gandakannya.
3. Ia mencari pergaulan yang baik (Kalyanamitta), yaitu teman yang setia, terpelajar, baik budi, tidak kikir dan cerdas, yang akan membantunya dengan cara yang benar, jauh dari kejahatan.
4. Ia hidup dalam batas-batas kemampuannya, sesuai dengan penghasilannya, serta tidak boros namun juga tidak pelit
Selanjutnya, terdapat empat hal yang berguna untuk mendapatkan kebahagiaan yang akan datang, atau kebahagiaan di kehidupan berikutnya yaitu:
1. Seseorang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tiratana
2. Seseorang senantiasa hidup dalam moralitas Buddhis, yaitu  mempraktikkan 5 sila pancasila Buddhis
3.  Seseorang selalu memiliki kedermawanan, yaitu suka menolong orang lain dan baik hati
4.  Seseorang melatih diri dalam kebijaksanaan dengan selalu mengembangkan pandangan benar yang akan membawa pada pembebasan akhir yaitu nibbana.
Dari Sutta tersebut terlihat bahwa kesejahteraan ekonomi diperlukan untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi ini, namun tidak memandang kemajuan itu sebagai sesuatu yang benar kalau hanya didasarkan atas kebendaan dengan mengabaikan dasar-dasar moral spiritual atau kebahagiaan batin. Untuk itu sebagai perumah tangga kemajuan materi merupakan salah satu tujuan di dunia, namun tidak melupakan pentingnya kemajuan moralitas dan batin untuk menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman dan sejahtera.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar