Sabtu, 27 Desember 2014

Peran Viriya dalam Membentuk Kualitas Perbuatan Baik

Peran Viriya dalam Membentuk Kualitas Perbuatan Baik
Oleh: Haris, S.Ag

Pendahuluan
Viriya dalam bahasa pali berarti semangat. Tentunya semangat disini diartikan sebagai semangat dalam melakukan perbuatan yang baik. Suatu perbuatan dikatakan baik bila perbuatan itu tidak merugikan diri sendiri atau pun makhluk lain. Namun bila perbuatan itu merugikan diri sendiri atau makhluk lain maka perbuatan itu bukanlah yang dimaksud dengan semangat atau Viriya.
Semangat melakukan perbuatan baik merupakan cita-cita dan harapan yang harus dilakukan oleh masing-masing manusia. Melalui semangat dalam melakukan perbuatan baik seseorang akan memiliki kepuasan dalam hidup. Dimana melalui perbuatan baik maka dapat menjadikan nama seseorang harum dan terpuji diantara orang-orang disekitarnya, karena perbuatan baik itu dapat membawa manfaat dan kebahagiaan bagi makhluk atau orang yang melaksanakannya.

Isi / Pembahasan
Kualitas perbuatan baik melalui semangat atau viriya dibedakan dalam tiga tahap yaitu perbuatan baik lewat Berdana, perbuatan baik lewat pelaksanaan sila atau moralitas dan perbuatan baik lewat meditasi. Perbuatan baik lewat berdana dapat dilakukan melalui pemberian materi, seperti uang, atau barang-barang yang berwujud. Selanjutnya pemberian tenaga atau bantuan, dan pemikiran yang bersifat positif. Sedangkan perbuatan baik yang kedua berupa pelaksanaan sila atau moralitas, yang mana moralitas merupakan landasan kehidupan dalam agama Buddha dengan pelaksanaan lima sila Pancasila Buddhis bagi umat awam. Selanjutnya yang ketiga yaitu pelaksanaan meditasi yang merupakan bentuk pengembangan batin dengan melaksanakan pemusatan pikiran pada satu objek yang dapat dilakukan dalam dua jenis yaitu meditasi ketenangan batin atau samatha bhavana dan meditasi pencerahan atau vipassana bhavana.
Semua usaha itu dilakukan dengan tujuan untuk melatih batin yang dalam pelaksanaannya selalu bertingkat yaitu pelaksanaan dalam dana, selanjutnya setelah dana terlaksana maka akan mendorong tercapainya pelaksanaan sila atau moralitas. Selanjutnya setelah dana dan moralitas tercapai maka tingkat yang ketiga yaitu praktik pengolahan batin melalui jalan meditasi. Ketiga hal itu tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, mereka saling berkaitan seperti tiga segitiga yang saling kait mengait dan saling menopang.
Terkadang seseorang dalam melakukan perbuatan baik belum tentu melihat apakah perbuatan baik yang dilakukan itu memang murni benar-benar perbuatan baik atau tidak. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas kemurnian dari perbuatan baik itu. Sebagai contoh bila perbuatan baik itu memang benar-benar murni sebagai perbuatan baik maka perbuatan itu tentunya tidak akan mengharapkan imbalan atau balasan dari orang lain. Namun ada juga perbuatan baik itu dikatakan tidak murni karena motif dalam melakukan perbuatan baik terdapat, motif lain seperti melakukan berdana demi untuk nama terkenal atau demi mendapatkan sesuatu. Bila perbuatan baik demi motif-motif demikian, tentunya perbuatan itu belum dikatakan sebagai perbuatan yang murni atau perbuatan baik kelas tinggi.
Dalam Agama Buddha terdapat tiga kriteria perbuatan itu dikatakan sebagai perbuatan baik, yaitu bila perbuatan itu sebelum dilakukan memang sudah perbuatan baik, selanjutnya pada saat akan melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan. Melalui ketiga hal itu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan baik atau murni. Sebagai contoh: Bila seseorang akan melakukan perbuatan baik semisal berdana kepada vihara. Bila sebelum berdana seseorang memiliki keyakinan penuh, bahwa dana yang diberikan sebagai latihan untuk melepas dan bukan ada motif-motif ingin terkenal atau dihormati. Selanjutnya kriteria yang kedua, bila pada saat pemberian dana itu tidak timbul pikiran-pikiran buruk dan hanya dengan harapan semoga dana yang diberikan dapat berguna untuk semua makhluk, dengan berpikir semoga semua makhluk selalu berbahagia. maka dana tersebut dikatakan dana kelas tinggi. Selanjutnya yang ketiga bila dana yang telah diberikan itu dikemudian hari tidak timbul rasa penyesalan. Bila ketiga hal tersebut terpenuhi maka dana itu tergolong dana kelas tinggi atau murni. Demikian juga melalui pelaksanaan sila dan meditasi.
Semangat dalam melakukan perbuatan baik tentunya tidak hanya dilihat dari perbuatan baik apa yang dilakukan namun akan lebih bijaksana bila perbuatan baik yang telah dilakukan tersebut lebih ditekankan pada proses dalam melakukan suatu perbuatan. Dalam hal ini seseorang lebih menekankan pada pelaksanaan dan berjalanya perbuatan  tersebut. Sebab selama melakukan perbuatan, tentunya dalam proses akan muncul tiga hal bila tidak diwaspadai, ketiga hal tersebut adalah keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Tiga hal yang terdiri dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin akan selalu menyertai dalam segala tindakan dan aktivitas dalam melakukan semangat dalam pelaksanaan perbuatan baik, namun bila seseorang tidak jeli terhadap proses suatu perbuatan dilakukan maka dapat juga terjebak dalam ketiga kotoran batin. Sebagai contoh bila seseorang berniat melakukan perbuatan seperti mentraktir makan kepada teman atau orang lain. Mentraktir makan bila dilihat sepintas merupakan suatu niat perbuatan baik, namun bila tidak selektif dalam proses perbuatan itu dilakukan seperti proses perjalanan dari rumah menuju salah satu restoran, tentunya terdapat hal-hal lain yaitu seperti lampu merah menyala bila kita tidak waspada maka dengan adanya lampu merah menyala, yang ada hanyalah kebencian dengan berpikir atau mengumpat mengapa dalam kondisi berharap cepat sampai restoran yang telah dijanjikan tiba-tiba lampu menyala merah tanda berhenti. Dari situ kebencian timbul. Selanjutnya bila jalanan macet maka kebencian kedua juga muncul dengan marah-maran dan seterusnya.

Kesimpulan
Semangat dalam melakukan perbuatan baik melalui berdana, pelaksanaan sila dan meditasi hendaknya memperhatikan tiga hal yaitu sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah pelaksanaan perbuatan itu dilakukan dengan tidak timbul penyesalan. Demikian juga yang perlu diwaspadai adalah dalam melakukan perbuatan baik juga hendaknya diwaspadai ketiga akar kejahatan yang merupakan akar laten manusia agar tidak timbul. Semua itu dapat dilakukan dengan pelaksanaan latihan dana, sila dan meditasi yang baik, sehingga kualitas viriya atau semangat menentukan.

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar