Peran Viriya dalam Membentuk Kualitas
Perbuatan Baik
Oleh: Haris, S.Ag
Pendahuluan
Viriya dalam bahasa pali berarti semangat.
Tentunya semangat disini diartikan sebagai semangat dalam melakukan perbuatan
yang baik. Suatu perbuatan dikatakan baik bila perbuatan itu tidak merugikan
diri sendiri atau pun makhluk lain. Namun bila perbuatan itu merugikan diri
sendiri atau makhluk lain maka perbuatan itu bukanlah yang dimaksud dengan semangat
atau Viriya.
Semangat melakukan perbuatan baik merupakan
cita-cita dan harapan yang harus dilakukan oleh masing-masing manusia. Melalui
semangat dalam melakukan perbuatan baik seseorang akan memiliki kepuasan dalam
hidup. Dimana melalui perbuatan baik maka dapat menjadikan nama seseorang harum
dan terpuji diantara orang-orang disekitarnya, karena perbuatan baik itu dapat
membawa manfaat dan kebahagiaan bagi makhluk atau orang yang melaksanakannya.
Isi / Pembahasan
Kualitas perbuatan baik melalui semangat atau
viriya dibedakan dalam tiga tahap yaitu perbuatan baik lewat Berdana, perbuatan
baik lewat pelaksanaan sila atau moralitas dan perbuatan baik lewat meditasi.
Perbuatan baik lewat berdana dapat dilakukan melalui pemberian materi, seperti
uang, atau barang-barang yang berwujud. Selanjutnya pemberian tenaga atau
bantuan, dan pemikiran yang bersifat positif. Sedangkan perbuatan baik yang
kedua berupa pelaksanaan sila atau moralitas, yang mana moralitas merupakan
landasan kehidupan dalam agama Buddha dengan pelaksanaan lima sila Pancasila
Buddhis bagi umat awam. Selanjutnya yang ketiga yaitu pelaksanaan meditasi yang
merupakan bentuk pengembangan batin dengan melaksanakan pemusatan pikiran pada
satu objek yang dapat dilakukan dalam dua jenis yaitu meditasi ketenangan batin
atau samatha bhavana dan meditasi pencerahan atau vipassana bhavana.
Semua usaha itu dilakukan dengan tujuan untuk
melatih batin yang dalam pelaksanaannya selalu bertingkat yaitu pelaksanaan
dalam dana, selanjutnya setelah dana terlaksana maka akan mendorong tercapainya
pelaksanaan sila atau moralitas. Selanjutnya setelah dana dan moralitas
tercapai maka tingkat yang ketiga yaitu praktik pengolahan batin melalui jalan
meditasi. Ketiga hal itu tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, mereka saling
berkaitan seperti tiga segitiga yang saling kait mengait dan saling menopang.
Terkadang seseorang dalam melakukan perbuatan
baik belum tentu melihat apakah perbuatan baik yang dilakukan itu memang murni
benar-benar perbuatan baik atau tidak. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas
kemurnian dari perbuatan baik itu. Sebagai contoh bila perbuatan baik itu
memang benar-benar murni sebagai perbuatan baik maka perbuatan itu tentunya
tidak akan mengharapkan imbalan atau balasan dari orang lain. Namun ada juga
perbuatan baik itu dikatakan tidak murni karena motif dalam melakukan perbuatan
baik terdapat, motif lain seperti melakukan berdana demi untuk nama terkenal
atau demi mendapatkan sesuatu. Bila perbuatan baik demi motif-motif demikian,
tentunya perbuatan itu belum dikatakan sebagai perbuatan yang murni atau
perbuatan baik kelas tinggi.
Dalam Agama Buddha terdapat tiga kriteria
perbuatan itu dikatakan sebagai perbuatan baik, yaitu bila perbuatan itu
sebelum dilakukan memang sudah perbuatan baik, selanjutnya pada saat akan
melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan. Melalui ketiga hal itu
perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan baik atau murni. Sebagai contoh:
Bila seseorang akan melakukan perbuatan baik semisal berdana kepada vihara.
Bila sebelum berdana seseorang memiliki keyakinan penuh, bahwa dana yang diberikan
sebagai latihan untuk melepas dan bukan ada motif-motif ingin terkenal atau
dihormati. Selanjutnya kriteria yang kedua, bila pada saat pemberian dana itu
tidak timbul pikiran-pikiran buruk dan hanya dengan harapan semoga dana yang
diberikan dapat berguna untuk semua makhluk, dengan berpikir semoga semua
makhluk selalu berbahagia. maka dana tersebut dikatakan dana kelas tinggi.
Selanjutnya yang ketiga bila dana yang telah diberikan itu dikemudian hari
tidak timbul rasa penyesalan. Bila ketiga hal tersebut terpenuhi maka dana itu
tergolong dana kelas tinggi atau murni. Demikian juga melalui pelaksanaan sila
dan meditasi.
Semangat dalam melakukan perbuatan baik
tentunya tidak hanya dilihat dari perbuatan baik apa yang dilakukan namun akan
lebih bijaksana bila perbuatan baik yang telah dilakukan tersebut lebih
ditekankan pada proses dalam melakukan suatu perbuatan. Dalam hal ini seseorang
lebih menekankan pada pelaksanaan dan berjalanya perbuatan tersebut. Sebab selama melakukan perbuatan, tentunya
dalam proses akan muncul tiga hal bila tidak diwaspadai, ketiga hal tersebut
adalah keserakahan, kebencian dan kegelapan batin.
Tiga hal yang terdiri dari keserakahan,
kebencian dan kegelapan batin akan selalu menyertai dalam segala tindakan dan
aktivitas dalam melakukan semangat dalam pelaksanaan perbuatan baik, namun bila
seseorang tidak jeli terhadap proses suatu perbuatan dilakukan maka dapat juga
terjebak dalam ketiga kotoran batin. Sebagai contoh bila seseorang berniat melakukan
perbuatan seperti mentraktir makan kepada teman atau orang lain. Mentraktir
makan bila dilihat sepintas merupakan suatu niat perbuatan baik, namun bila tidak
selektif dalam proses perbuatan itu dilakukan seperti proses perjalanan dari
rumah menuju salah satu restoran, tentunya terdapat hal-hal lain yaitu seperti lampu
merah menyala bila kita tidak waspada maka dengan adanya lampu merah menyala, yang
ada hanyalah kebencian dengan berpikir atau mengumpat mengapa dalam kondisi
berharap cepat sampai restoran yang telah dijanjikan tiba-tiba lampu menyala
merah tanda berhenti. Dari situ kebencian timbul. Selanjutnya bila jalanan
macet maka kebencian kedua juga muncul dengan marah-maran dan seterusnya.
Kesimpulan
Semangat dalam melakukan perbuatan baik melalui
berdana, pelaksanaan sila dan meditasi hendaknya memperhatikan tiga hal yaitu
sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah pelaksanaan perbuatan
itu dilakukan dengan tidak timbul penyesalan. Demikian juga yang perlu
diwaspadai adalah dalam melakukan perbuatan baik juga hendaknya diwaspadai
ketiga akar kejahatan yang merupakan akar laten manusia agar tidak timbul.
Semua itu dapat dilakukan dengan pelaksanaan latihan dana, sila dan meditasi
yang baik, sehingga kualitas viriya atau semangat menentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar