Makna Paritta
Oleh: Haris, S.Ag
Paritta merupakan salah satu kumpulan khotbah
Sang Buddha yang dituliskan dalam salah satu buku, sedangkan wujud aslinya bisa
dilihat di dalam Paritta Suci. Paritta suci oleh umat Buddha aliran Theravada
biasa digunakan sebagai sarana Puja Bakti, yaitu dengan cara melantunkan atau
membacakan kembali khotbah-khotbah Buddha tersebut.
Paritta secara harafiah berarti
perlindungan, dikatakan sebagai perlindungan bila di dalam membaca atau
melantunkan khotbah buddha dilakukan dengan pikiran yang ditujukan, atau dipusatkan
pada makna paritta sehingga pada saat pembacaan paritta muncul kesadaran (sati-sampajanna) sehingga kesadaran
tersebut menjadi kuat, pikiran bersatu dengan kebajikan, bersih dari kekotoran
batin, namun sebaliknya pikiran penuh dengan cinta kasih (metta) dan kebenaran
Dhamma.
Melalui pembacaan paritta dengan
disertai pemusatan pikiran pada makna paritta secara otomatis diharapkan dapat
menentramkan keadaan saraf serta menghasilkan keheningan atau ketenangan dalam
samatha dan kebeningan batin yang meskipun belum bersih total namun kondisi
dalam ketenangan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, dengan
demikian kedamaian batin sangat dibutuhkan kapan saja, dimana saja, baik pada
saat sakit, atau pun menjelang kematian. Di Jaman Sang Buddha hal tersebut
terjadi pada Upasaka Dhammika, pada saat menjelang kematiannya upasaka Dhammika
menyuruh anaknya mengundang Sangha untuk membacakan Paritta-paritta suci yaitu
membacakan Maha Satipatthana Sutta,
sehingga pada saat menjelang kematiannya upasaka Dhammika batinnya menjadi
tenang dan bahagia sehingga beliau terlahir di alam Surga Tavatimsa (Dhammapada Atthakatha, 2012:22-23).
Dalam sisi yang lain, kekuatan paritta
atau pembacaan paritta sangat tergantung adanya beberapa faktor, diantaranya:
1.
Saddha, (keyakinan yang kuat terhadap
Dhamma)
2.
Sila, memiliki moral yang baik
3.
Metta, cinta kasih universal yang
berkembang
4.
Sacca, kebenaran dalam mengucapkan
Dhamma
5.
Vaca, pengucapan yang tepat dan hafal
dengan baik
Selain itu, sebagai umat buddha pembacaan
paritta atau paritta suci tidak selalu mampu menghasilkan perlindungan, hal ini
perlu diingat kembali apa yang telah disampaikan oleh Y.A. Nagasena, dalam Milinda Panha, bahwasanya paritta suci
tidak selalu dapat menghasilkan sesuatu yang kita harapkan karena tiga sebab:
1). Halangan kekuatan kamma, 2). Halangan kekuatan kotoran batin, 3). Halangan
karena tidak adanya keyakinan. Dengan demikian meskipun pendengar paritta suci
memiliki kamma buruk, atau pun kekotoran batin namun ia memiliki keyakinan
teguh asalkan bukan akusala gharuka kamma
vipaka, maka seseorang masih dapat memperoleh “Kemajuan” dari pembacaan paritta
suci tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar