Sabtu, 27 Desember 2014

Makna Paritta



Makna Paritta
Oleh: Haris, S.Ag

Paritta merupakan salah satu kumpulan khotbah Sang Buddha yang dituliskan dalam salah satu buku, sedangkan wujud aslinya bisa dilihat di dalam Paritta Suci. Paritta suci oleh umat Buddha aliran Theravada biasa digunakan sebagai sarana Puja Bakti, yaitu dengan cara melantunkan atau membacakan kembali khotbah-khotbah Buddha tersebut.
Paritta secara harafiah berarti perlindungan, dikatakan sebagai perlindungan bila di dalam membaca atau melantunkan khotbah buddha dilakukan dengan pikiran yang ditujukan, atau dipusatkan pada makna paritta sehingga pada saat pembacaan paritta muncul kesadaran (sati-sampajanna) sehingga kesadaran tersebut menjadi kuat, pikiran bersatu dengan kebajikan, bersih dari kekotoran batin, namun sebaliknya pikiran penuh dengan cinta kasih (metta) dan kebenaran Dhamma.
Melalui pembacaan paritta dengan disertai pemusatan pikiran pada makna paritta secara otomatis diharapkan dapat menentramkan keadaan saraf serta menghasilkan keheningan atau ketenangan dalam samatha dan kebeningan batin yang meskipun belum bersih total namun kondisi dalam ketenangan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, dengan demikian kedamaian batin sangat dibutuhkan kapan saja, dimana saja, baik pada saat sakit, atau pun menjelang kematian. Di Jaman Sang Buddha hal tersebut terjadi pada Upasaka Dhammika, pada saat menjelang kematiannya upasaka Dhammika menyuruh anaknya mengundang Sangha untuk membacakan Paritta-paritta suci yaitu membacakan Maha Satipatthana Sutta, sehingga pada saat menjelang kematiannya upasaka Dhammika batinnya menjadi tenang dan bahagia sehingga beliau terlahir di alam Surga Tavatimsa (Dhammapada Atthakatha, 2012:22-23).
Dalam sisi yang lain, kekuatan paritta atau pembacaan paritta sangat tergantung adanya beberapa faktor, diantaranya:
1. Saddha, (keyakinan yang kuat terhadap Dhamma)
2. Sila, memiliki moral yang baik
3. Metta, cinta kasih universal yang berkembang
4. Sacca, kebenaran dalam mengucapkan Dhamma
5. Vaca, pengucapan yang tepat dan hafal dengan baik
            Selain itu, sebagai umat buddha pembacaan paritta atau paritta suci tidak selalu mampu menghasilkan perlindungan, hal ini perlu diingat kembali apa yang telah disampaikan oleh Y.A. Nagasena, dalam Milinda Panha, bahwasanya paritta suci tidak selalu dapat menghasilkan sesuatu yang kita harapkan karena tiga sebab: 1). Halangan kekuatan kamma, 2). Halangan kekuatan kotoran batin, 3). Halangan karena tidak adanya keyakinan. Dengan demikian meskipun pendengar paritta suci memiliki kamma buruk, atau pun kekotoran batin namun ia memiliki keyakinan teguh asalkan bukan akusala gharuka kamma vipaka, maka seseorang masih dapat memperoleh “Kemajuan” dari pembacaan paritta suci tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar