Penerapan Brahmavihara dalam
Kehidupan Sehari-hari
Oleh: Haris, S.Ag
Sesungguhnya
kalimat Brahmavihara tidak asing bagi umat Buddha. Brahmavihara merupakan keadaan
atau sikap batin yang dimiliki oleh setiap orang, namun terkadang keadaan itu
hilang dikarenakan tebalnya keserakahan, kebencian dan kegelapan batin yang menyelimuti
diri kita. Sedangkan arti kata Brahmavihara adalah “Kediaman yang luhur”. Dalam
Kitab Visudhimagga (Nanamoli, 1991: 288-310), Brahmavihara dijelaskan
dalam empat hal, yaitu:
1. Metta
Yang
dimaksud dengan Metta merupakan kehendak yang tulus untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan sejati bagi semua makhluk hidup tanpa kecuali. Dalam Kamus Umum
Buddha Dhamma kata Metta diartikan sebagai “Cinta Kasih Universal” (Panjika,
2004:362). Artinya cinta kasih tanpa pilih kasih, yaitu kepada semua
makhluk dan bukan terbatas kepada sesama manusia saja namun cinta kasih universal,
yang dipancarkan tanpa mengenal jarak dan batas. Dalam Metta Sutta Khudakkapatha
(Nanamoli, 2005: 288) Buddha menjelaskan: “Seperti cinta seorang ibu
kepada anak tunggalnya”. Sedangkan sasaran Cinta Kasih adalah kepada semua
makhluk tanpa kecuali yaitu makhluk yang menderita dan bahagia, diibaratkan sepereti
sinar matahari yang tidak pilih kasih menyinari alam semesta ke segala penjuru.
2. Karuna
Karuna
diartikan sebagai apa yang membuat hati seseorang yang baik bergetar ketika
melihat pihak lain terkena penderitaan. Dalam arti bahwa sasaran Karuna
merupakan khusus makhluk yang menderita, tidak beruntung atau tidak berdaya. Orang
yang tergerak menolong berdasarkan sifat Karuna tidaklah mementingkan diri
sendiri. Mereka memiliki hati yang sangat lembut. Mereka tidak hanya hidup
untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk pihak lain, selalu berusaha keras
mencari cara menolong pihak yang membutuhkan tanpa mengharap balasan dalam
wujud apa pun bahkan ucapan terima kasih sekalipun.
3. Mudita
Mudita
adalah sifat simpati, turut bergembira atas kegembiraan pihak lain. Perasaan
simpati ini juga memiliki sasaran yaitu khusus kepada semua makhluk yang
beruntung. Orang yang memiliki mudita juga merasa senang kalau bisa
menyenangkan orang lain.
Kekuatan
jahat yang bisa menghancurkan diri kita adalah iri hati. Seluruh kegembiraan
dapat terenggut seketika karena sifat dari iri hati. Banyak orang yang susah
ketika mendengar orang lain senang, sebaliknya senang mendengar orang lain
susah. Senjata paling ampuh untuk mengikis iri hati adalah praktik bermuditacitta.
4. Upekkha
Upekkha
arinya sifat yang tenang seimbang, atau dapat diartikan melihat dengan benar
melalui kebijaksanaan, yaitu tanpa kemelekatan atau tanpa keenganan, tanpa
kesenangan atau ketidaksenangan (Narada, 1998: 294).
Keseimbangan
batin diperlukan oleh manusia yang hidup dalam dunia yang tidak seimbang
diantara keadaan-keadaan yang bergejolak yang penuh dengan cercaan, hinaan, atau
pujian. Orang pada umumnya binggung pada saat terkena keadaan yang menyenangkan
atau pun yang tidak menyenangkan. Namun seseorang bergembira ketika mendapat
pujian dan seseorang akan tertekan ketika mendapat pujian dan celaan. Buddha
bersabda dalam Anguttara Nikaya: “Mereka yang tidak terbawa arus 8 kondisi
duniawi (atthalokadhamma), yaitu: “Untung-rugi; dipuji-dicela; terkenal-tdk
terkenal; bahagia dan sedih”. Bila seseorang bisa mengendalikan 8 kondisi itu,
maka seseorang akan hidup tenang seimbang dan tidak akan terpengaruh, maka ia
akan berbahagia hidupnya.
Berkenaan
dengan Upekkha, terdapat salah satu kisah dalam Samyutta Nikaya (Bodhi, 2000:
256), yaitu suatu ketika Brahmana Akkosaka Bharadvaja mencaci maki
serta mencerca Buddha dengan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan tenang
Buddha menanyai brahmana tersebut melalui perumpamaan: Brahmana bila seorang
tamu datang ke rumah kita dan tamu itu disuguhi makanan, namun tamu itu tidak memakannya.
Maka brahmana, makanan itu milik siapa? Selanjutnya brahmana itu sadar. Sang
Buddha menjelaskan bahwa cercaan dan hinaan tidak bermanfaat dan hanya akan
merugikan diri sendiri.
Bagaimana
pelaksanaan Brahmavihara dalam kehidupan sehari-hari? Seperti dalam Digha
Nikaya kisah Maha Govinda Sutta (Davids, 2002: 277) Sang Buddha
menjelaskan ke-empat Brahmavihara bila selalu dikembangkan dan dipancarkan ke berbagai
arah dengan baik, penuh keseimbangan yang mendalam, yang luas tanpa batas,
tanpa kebencian dan tanpa permusuhan, ia pancarkan ke atas, bawah, sekeliling,
kemana-mana dan ke seluruh penjuru dunia maka akan berbahagia. Sedangkan
pelaksanaannya melalui praktik meditasi dengan mengembangkan sifat-sifat luhur
brahmavihara ke segala penjuru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar