Sabtu, 27 Desember 2014

Penerapan Brahmavihara dalam Kehidupan Sehari-hari

Penerapan Brahmavihara dalam Kehidupan Sehari-hari
Oleh: Haris, S.Ag

Sesungguhnya kalimat Brahmavihara tidak asing bagi umat Buddha. Brahmavihara merupakan keadaan atau sikap batin yang dimiliki oleh setiap orang, namun terkadang keadaan itu hilang dikarenakan tebalnya keserakahan, kebencian dan kegelapan batin yang menyelimuti diri kita. Sedangkan arti kata Brahmavihara adalah “Kediaman yang luhur”. Dalam Kitab Visudhimagga (Nanamoli, 1991: 288-310), Brahmavihara dijelaskan dalam empat hal, yaitu:
1.  Metta
Yang dimaksud dengan Metta merupakan kehendak yang tulus untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sejati bagi semua makhluk hidup tanpa kecuali. Dalam Kamus Umum Buddha Dhamma kata Metta diartikan sebagai “Cinta Kasih Universal” (Panjika, 2004:362). Artinya cinta kasih tanpa pilih kasih, yaitu kepada semua makhluk dan bukan terbatas kepada sesama manusia saja namun cinta kasih universal, yang dipancarkan tanpa mengenal jarak dan batas. Dalam Metta Sutta Khudakkapatha (Nanamoli, 2005: 288) Buddha menjelaskan: “Seperti cinta seorang ibu kepada anak tunggalnya”. Sedangkan sasaran Cinta Kasih adalah kepada semua makhluk tanpa kecuali yaitu makhluk yang menderita dan bahagia, diibaratkan sepereti sinar matahari yang tidak pilih kasih menyinari alam semesta ke segala penjuru.
2.  Karuna
Karuna diartikan sebagai apa yang membuat hati seseorang yang baik bergetar ketika melihat pihak lain terkena penderitaan. Dalam arti bahwa sasaran Karuna merupakan khusus makhluk yang menderita, tidak beruntung atau tidak berdaya. Orang yang tergerak menolong berdasarkan sifat Karuna tidaklah mementingkan diri sendiri. Mereka memiliki hati yang sangat lembut. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk pihak lain, selalu berusaha keras mencari cara menolong pihak yang membutuhkan tanpa mengharap balasan dalam wujud apa pun bahkan ucapan terima kasih sekalipun.
3.  Mudita
Mudita adalah sifat simpati, turut bergembira atas kegembiraan pihak lain. Perasaan simpati ini juga memiliki sasaran yaitu khusus kepada semua makhluk yang beruntung. Orang yang memiliki mudita juga merasa senang kalau bisa menyenangkan orang lain.
Kekuatan jahat yang bisa menghancurkan diri kita adalah iri hati. Seluruh kegembiraan dapat terenggut seketika karena sifat dari iri hati. Banyak orang yang susah ketika mendengar orang lain senang, sebaliknya senang mendengar orang lain susah. Senjata paling ampuh untuk mengikis iri hati adalah praktik bermuditacitta.
4.  Upekkha
Upekkha arinya sifat yang tenang seimbang, atau dapat diartikan melihat dengan benar melalui kebijaksanaan, yaitu tanpa kemelekatan atau tanpa keenganan, tanpa kesenangan atau ketidaksenangan (Narada, 1998: 294).
Keseimbangan batin diperlukan oleh manusia yang hidup dalam dunia yang tidak seimbang diantara keadaan-keadaan yang bergejolak yang penuh dengan cercaan, hinaan, atau pujian. Orang pada umumnya binggung pada saat terkena keadaan yang menyenangkan atau pun yang tidak menyenangkan. Namun seseorang bergembira ketika mendapat pujian dan seseorang akan tertekan ketika mendapat pujian dan celaan. Buddha bersabda dalam Anguttara Nikaya: “Mereka yang tidak terbawa arus 8 kondisi duniawi (atthalokadhamma), yaitu: “Untung-rugi; dipuji-dicela; terkenal-tdk terkenal; bahagia dan sedih”. Bila seseorang bisa mengendalikan 8 kondisi itu, maka seseorang akan hidup tenang seimbang dan tidak akan terpengaruh, maka ia akan berbahagia hidupnya.
Berkenaan dengan Upekkha, terdapat salah satu kisah dalam Samyutta Nikaya (Bodhi, 2000: 256), yaitu suatu ketika Brahmana Akkosaka Bharadvaja mencaci maki serta mencerca Buddha dengan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan tenang Buddha menanyai brahmana tersebut melalui perumpamaan: Brahmana bila seorang tamu datang ke rumah kita dan tamu itu disuguhi makanan, namun tamu itu tidak memakannya. Maka brahmana, makanan itu milik siapa? Selanjutnya brahmana itu sadar. Sang Buddha menjelaskan bahwa cercaan dan hinaan tidak bermanfaat dan hanya akan merugikan diri sendiri.

Bagaimana pelaksanaan Brahmavihara dalam kehidupan sehari-hari? Seperti dalam Digha Nikaya kisah Maha Govinda Sutta (Davids, 2002: 277) Sang Buddha menjelaskan ke-empat Brahmavihara bila selalu dikembangkan dan dipancarkan ke berbagai arah dengan baik, penuh keseimbangan yang mendalam, yang luas tanpa batas, tanpa kebencian dan tanpa permusuhan, ia pancarkan ke atas, bawah, sekeliling, kemana-mana dan ke seluruh penjuru dunia maka akan berbahagia. Sedangkan pelaksanaannya melalui praktik meditasi dengan mengembangkan sifat-sifat luhur brahmavihara ke segala penjuru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar