Senin, 22 Juni 2020


Pandangan remaja terhadap agama Buddha
                      Oleh: Haris, S.Ag

"Yo sāsanaṃ arahataṃ ariyānaṃ dhammajīvinaṃ
paṭikkosati dummedho diṭṭhiṃ nissāya pāpikaṃ
phalāni kaṭṭhakasseva attaghaññāya phallati."

Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina
ajaran orang mulia, orang suci dan orang bijak.
Ia akan menerima akibatnya yang buruk,
seperti rumput kastha yang berbuah
hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri. (Dhammapada ;Attavagga;164)


Pendahuluan
            Dunia ini adalah tempat dimana setiap manusia untuk saling berinteraksi, tolong menolong dan berbuat kebajikan. Apapun agamanya karna setiap agama yang ada pasti selalu mengajarkan kebaikan baik itu orang tua maupun anak-anak. Dalam agama Buddha sendiri juga mengajarkan hal yang sama dimana tertera dalam dhammapada XIV;183 jangan melaukan kejahatan , perbanyak berbuat kebaikan, sucikan hati dan pikiran inilah ajaran dari para Buddha. Karena itulah setiap manusia harus memperbanyak perbuatan kebaikan, dan hal tersebut tak lepas dari sosok remaja yang juga temasuk manusia yang ada dimuka dunia ini.
Remaja merupakan proses pengalihan dari anak-anak untuk menuju dewasa, dalam pertumbuhan dan perkembangannya,  remaja juga memiliki agamanya masing-masing. Dan diusianya inilah saat yang tepat untuk mengenal agama mereka, juga saat itulah mereka akan menentukan masa depan mereka nantinya.
Disaat pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dikatakan mereka berada di kondisi yang rawan, masih labil ( mudah berubah / tidak konsisten ) baik dalam hal apapun termasuklah agama. Karena remaja memiliki pikiran yang masih tidak konsisten dan mudah terpengaruh pada hal-hal eksternal menyebabkan mereka terpengaruh dengan agama-agama lainnya. Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap, sulit dijaga dan sulit dikuasai, namun orang bijaksana akan meluruskannya, bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah (Dhammapada;Cittavagga;33) sebab itulah menyebabkan para remaja harus berpegang kuat dan teguh dalam agama jika tidak mereka mungkin akan terjerumus kearah yag tidak baik.
Dengan perkembagan dunia teknologi yang sangat cepat membuat remaja kadang ikut terpengaruh dengan perubahan ini, seperti mengikuti gaya hidup orang barat, dan juga mengikuti tren fashion yang kurang sopan sehingga dengan sibuknya mengikuti perubahan itu, para remaja kadang melupakan agamanya.

Bagaimanakah pandangan remaja terhadap agama  buddha?
1.      Pandangan remaja Buddha
Setiap remaja memiliki pandangan yang berbada terhadap agamanya, ada yang memadang agama Buddha dari luar dan tak mengenal agamanya lebih dalam lagi. Mereka berpendapat bahwa setiap agama sama dan hanya dibedakan dengan cara beribadahnya. Sebagian agama Buddha menganggap agama buddha sebagai label untuk mengisi kartu pelajar mereka atau KTP mereka namun ada juga yang memandang agama Buddha sebagai lahan yang subur dan kuat untuk menabur benih-benih kebajikan mereka. Segala itu memiliki dua sisi yang berbeda, positive dan negative semua ada dalam pandangan kita.
Bagi remaja yang tidak taat pada agama, agama Buddha hanya dipandang sebagai sebuah batu loncatan untuk menjawab pertanyaan dari teman mereka ketika ditanyai agamanya. Padahal mereka sendiri belum tentu mengenal agama Buddha dengan baik, bahkan ada yang tidak mengenal Buddha itu sendiri. Mereka hanya mengikuti agama orang tua dan sebagian untuk mengisi indentitas diri itulah yang kerap kali terjadi.
Namun tidak dipungkiri juga bahwa banyak remaja Buddha yang taat dan patuh menjalan kan sila-sila yang diajarkan sang Buddha, dan banyak remaja Buddha yang menjadi muda-mudi diviharanya dan pergi kevihara dengan sepenuh hati tanpa paksaan orang lain dan menjadikan agama Buddha sebagai dasar dari segala tindakan mereka. Bagi yang tau akan agama Buddha mereka akan mengendalikan perbuatannya. Seperti yang tertera dalam (Dhammapada; bhikkhuvagga;361) sungguh baik mengendalikan perbuatan ; sungguh baik mengendalikan ucapan; sungguh baik mengendalikan pikiran dan sungguh baik mengendalikan semuanya(indra-indra)…
Remaja juga memandang agama Buddha sebagai tempat mereka berlatih menjadi lebih baik dan untuk mengejar jalan menuju nibbana. Walaupun seseorang masih muda dan kuat, namun bila ia malas dan tidak mau berjuang semasa harus berjuang serta berpikiran lamban; maka orang yang malas dan lamban seperti itu tidak akan menemukan jalan yang mengantarnya pada kebijaksanaan. semua yang tertera dalam kitab suci dapat dipelajari oleh para remaja dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Agama Buddha juga dipandang sebagai pelita dalam kegelapan yang dapat menuntun mereka menuju kecahaya terang. Dan mereka tidak akan melepaskan pelita itu agar mereka dapat menuju cahaya terang  tersebut.

2.      Pandangan remaja non-Buddha
Bagaimana remaja non-Buddha terhadap agama Buddha?
Banyak sekali yang salah memandang agama Buddha mereka hanya memandang dari luar tanpa mengenal lebih dekat. Mereka kadang juga mencemooh tentang agama Buddha dari segi apapun baik tradisi, cara sembayang maupun apa yang dipuja saat sembayang. Mereka hanya memandang agama mereka benar, dan memandang agama Buddha itu salah seperti memuja berhala, patung dan sebagainya tanpa mereka ketahui bahwa dalam agama Buddha tidak mengenal adanya Tuhan dan patung tersebut bukanlah Tuhan dalam agama Buddha, agama Buddha juga tidak memujanya, namun menghormati jasa-jasa beliau pada zaman dahulu. Memang banyak pandangan salah dari remaja non-Buddha, atau bahkan dari remaja Buddha itu sendiri hingga ia menghina agama Buddha. Dan dijelaskan dalam (Dhammapada;AtthiVagga;164) Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran orang mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk,seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri. Begitulah yang sedang dilakukan oleh mereka yang mengejek mencemooh ajaran sang Buddha.
Namun ada juga yang memandang agama Buddha dengan baik tanpa menghina dan mencemooh ajaran Buddha, mereka saling menghargai perbedaan agama dan mengganggap perbedaan adalah wajar. Itulah sikap yang harus ditiru oleh semua umat beragama di manapun berada.

kesimpulan
            Agama apapun yang dianut seharusnya menjadikan mereka bersatu, seperti symbol bhinekka tunggal ika yaitu walaupun berbeda-beda namun tetap satu. Agama Buddha merupakan agama yang sangat baik untuk diteladani. Walaupun perbedaan pandangan kerap kali terjadi dan hal itu adalah wajar, maka perbanyaklah dalam membaca kitab suci tripitaka, karena di sanalah tercantum semua yang ingin kita ketahui, karena tiada ajaran Buddha yang dirahasiakan jalankanlah praktek hidup yang benar dan jangan lalai.  Barang siapa yang hidup sesuai dengan Dhamma akan hidup berbahagia didunia ini maupun didunia berikutnya(Dhammapada;lokaVagga;169) walaupun dunia berubah namun ajaran dari sang Buddha  tetap kekal abadi, walaupun kita telah pergi ajaran dari yang mulia akan tetap bertahan.


SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
Semoga semua mahkluk hidup berbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar